BAB
I
STATUS
PASIEN
I.
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Tn.
T
Umur : 50
Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengrajin
besi
Status : Menikah
Alamat : Astanalanggar, Losari, Cirebon
Tanggal Pemeriksaan : 12 Agustus 2019
II.
ANAMNESIS
Autoanamnesis
dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2019
Keluhan
utama :
Penglihatan buram
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Waled pada tanggal 12 Agustus 2019 dengan keluhan penglihatan buram pada mata kanan, keluhan
dirasakan sejak 3
minggu yang lalu, keluhan disertai dengan mata merah, dan terasa perih, nyeri minimal .
Keluhan dirasakan tiba-tiba ketika bangun tidur. Dua hari sebelum muncul keluhan, mata kanan pasien terkena percikan
gerinda, saat setelah kena gerinda pasien menggosok matanya, mata terasa
sedikit nyeri tidak dirasakan perih maupun adanya penurunan penglihatan.
Keluhan mata berair atau keluar kotoran disangkal. Keluhan
mual, muntah disangkal, keluhan melihat
kabut bearasap juga disangkal, Penderita belum pernah memakai obat-obatan pada mata kanan sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
:
Pasien
mengaku baru pertamakali mengalami keluhan seperti ini, pasien memiliki penyakit diabetes mellitus sejak berumur
40 tahun terkontrol, riwayat penyakit hipertensi di
sangkal oleh pasien.
Pasien menggunakan kacamata minus sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat
penyakit keluarga :
Tidak
ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama, dan riwayat penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus di keluarga di sangkal oleh pasien.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan
umum :
Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda
vital
Tekanan
darah :
120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,4℃
b.
Status Oftalmology
Occuli
Dextra Occuli Sinistra
Occuli Dextra
|
Pemeriksaan
|
Occuli
Sinistra
|
|||
1/300
PH (-)
|
Visus
|
5/60 PH(-)
|
|||
Hiperemis (-)
Edema (-)
Nodul (-)
Nyeri tekan (-)
Entropion
(-),Ektropion (-)
Ptosis (-)
Pseudoptosis (-)
|
Palpebra
superior
|
Hiperemis (-)
Edema (-)
Nodul (-)
Nyeri tekan (-)
Entropion
(-),Ektropion (-)
Ptosis (-)
Pseudoptosis (-)
|
|||
Hiperemis (-)
Edema (-)
Nodul (-)
Nyeri tekan (-)
Entropion
(-),Ektropion (-)
Ptosis (-)
Pseudoptosis (-)
|
Palpebra inferior
|
Hiperemis (-)
Edema (-)
Nodul (-)
Nyeri tekan (-)
Entropion
(-),Ektropion (-)
Ptosis (-)
Pseudoptosis (-)
|
|||
Trichiasis (-)
Districhiasis (-)
|
Sillia
|
Trichiasis (-)
Districhiasis (-)
|
|||
Corpus alineum (-)
Injeksi sillier (+)
Injeksi konjungtiva
(+)
Edema (-)
|
Konjungtiva
|
Corpus alineum (-)
Injeksi sillier (-)
Injeksi konjungtiva
(-)
Edema (-)
|
|||
Ikterik (-)
|
Sklera
|
Ikterik (-)
|
|||
Jernih (-)
Arcus Senilis (-)
Infiltrat (-)
Corpus Alienum (-)
Edema
kornea (+), infiltrat (+), Ulkus Æ
2x3 mm lokasi parasentral, letak: 1/3 stroma, bentuk numuler, batas tidak
tegas
|
Kornea
|
Jernih (+)
Arcus Senilis (-)
Infiltrat (-)
Corpus Alienum (-)
|
|||
Kedalaman sedang
Hipopion (+)
Hifema (-)
|
Camera Occuli
anterior
|
Kedalaman sedang
Hipopion (-)
Hifema (-)
|
|||
Warna coklat (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
|
Iris
|
Warna coklat (+)
Edema (-)
Sinekia (-)
|
|||
Bulat (+), Sentral (+),
3mm (+), RCL(+), RTCL(+)
|
Pupil
|
Bulat (+), Sentral
(+), 3mm (+), RCL(+), RTCL(+)
|
|||
Jernih (+)
|
Lensa
|
Sebagian keruh
|
|||
Reflek Fundus (+)
Papil (-)
CD ratio (-)
AV ratio (-)
Retina (flat)
Makula Lutea (-)
|
Funduskopi
|
Reflek Fundus (+)
Papil (-)
CD ratio (-)
AV ratio (-)
Retina (-)
Makula Lutea (-)
|
|||
Pasien
dapat menggerakan bola mata sesuai dengan arah yang ditentukan (0)
|
Gerak bola mata
|
Pasien
dapat menggerakan bola mata sesuai dengan arah yang ditentukan (0)
|
|||
N
|
Palpasi TIO
|
N
|
|||
Sama dengan
pemeriksa
|
Lapang pandang
|
Sama dengan
pemeriksa
|
IV.
RESUME
Subjektif
Anamnesa :
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Waled dengan keluhan penglihatan mata kanan buram, keluhan
dirasakan sejak 3
minggu yang lalu, keluhan disertai dengan mata merah, dan terasa perih dan nyeri. Keluhan
dirasakan tiba-tiba ketika bangun tidur. 2
hari sebelum muncul gejala mata kanan pasien terkena percikan gerinda.
Pasien
mengaku baru pertamakali mengalami keluhan seperti ini, pasien sudah 1 tahun menggunakan kacamata minus. Pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yag lalu.
Objektif :
Pemeriksaan
Opthalmologi :
Pemeriksaan didapatkan visus OD 1/300 dan OS 5/60, pupil ODS isokor,
reflek cahaya OD +/+ dan OS +/+, pada segmen anterior mata kanan didapatkan adanya ulkus sentral
2x3mm, infiltrat (+), hiperemi palpebra, injeksi konjungtiva (+), injeksi
siliar (+), edema kornea (+), hipopion (+), COA cukup dalam, segmen posterior
sulit dievaluasi.
V.
DIAGNOSIS
BANDING
Ulkus kornea bacterial oculi dextra dan katarak senilis imatur oculi sinistra
Ulkus kornea mycotic oculi dextra dan katarak senilis imatur oculi sinistra
Keratitis jamur oculi dextra dan katarak senilis imatur oculi sinistra
Endoftalmitis oculi
sinistra dan katarak seniis imatur sinistra
VI.
DIAGNOSIS
KERJA
Ulkus kornea mycotic oculi dextra dan katarak senilis imatur oculi sinistra
VII.PENATALAKSANAAN
1. Medicamentosa
a. Dapat
diberikan Floroquinolon (ofoxacin 0,3%, Levofloxacin 0,3%, gantifloxacin 0,3% )
b. Anti-jamur:
1) Natamycin
1 gtt/jam OS
c. Sodium
Chloride, kalium kloride tetes 1-2 tetes ODS 3-4x/ hari
d. Sikoplegik
1) Sulfas
Atropin 1% : 3x1 gtt OS
2. Non
Medicamentosa
a. Melindungi
mata dari segala benda yang dapat masuk ke dalam mata
b. Tidak
menggosok atau memegang mata yang meradang
c. Mencegah
penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya
dengan handuk atau kain yang bersih.
VIII.
USULAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kultur
2. Pemeriksaan
lab darah rutin
3. Pewarnaan
Gram/ giemsa
4. Uji
fluorescein, dapat memperjelas lesi epitel
5. Pemakaian
biomikroskop (slit lamp)
6. Mikroskop
KOH
IX.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad
fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad
sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
I.
Identitas
pasien
Pekerjaan
pasien adalah seorang pengrajin besi
yang kesehariannya menggunakan
gerinda/gergaji pemotong besi, Ulkus kornea pada penderita dicurigai disebabkan oleh
jamur karena agen penyebab ulkus berupa kontaminasi bahan yang berasal dari percikan besi yang
dalam kepustakaan merupakan salah satu etiologi pada ulkus kornea akibat jamur.
II.
Anamnesis
penglihatan
mata kanan buram, keluhan
dirasakan sejak 3
minggu yang lalu, keluhan disertai dengan mata merah, dan terasa perih. Keluhan dirasakan
tiba-tiba ketika bangun tidur. 2 hari sebelum
muncul gejala mata kanan pasien terkena percikan gerinda.
Pasien
mengaku baru pertamakali mengalami keluhan seperti ini, pasien sudah 1 tahun menggunakan kacamata minus. Pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yag lalu.
a.
Penglihatan
mata kanan
terasa buram
Pasien
mengeluh penglihatan mata kanan
buram, dan penurunan tajam penglihatan. Karena kornea berfungsi sebagai jendela
bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, maka adanya ulkus pada kornea akan
mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat.
b.
Rasa
perih pada mata kiri
Kornea
mempunyai banyak serabut saraf (N. Trigeminus, N. Nasosilliaris, N. Siliaris
longus) maka lesi pada kornea baik superfisal maupun profunda dapat menimbulkan
rasa perih dan fotofobia. Rasa perih ini diperberat oleh adanya gerakan palpebra
terutama palpebra superior diatas kornea.
c.
Riwayat trauma
Biasanya infeksi
jamur dumulai dengan suatu ruda paksa pada kornea
d.
Riwayat
penyakit dahulu
1) Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dimana
akan berpengaruh pada prognosa penyakit pasien
2) Riwayat
hipertensi disangkal oleh pasien, untuk menyingkirkan keluhan nyeri akibat
hipertensi occuli.
3) Riwayat
sakit mata berulang disangkal, untuk menyingkirkan diagnosis ke arah infeksi
akibat herpes simpleks sering kambung dan berulang.
4) Riwayat
pengobatan topical pada mata, merupakan faktor resiko bagi penyakit bakteri, virus,
jamur.
III.
Pemeriksaan
fisik
Pada Occuli dextra :
1) Visus
1/300
2) Konjungtiva
: injeksi sillier (+),
injeksi konjungtiva (+)
3)
Kornea :
ulkus
sentral 2x3 mm, infiltrat (+), hiperemi palpebra, injeksi konjungtiva (+),
injeksi siliar (+), edema kornea (+), hipopion (+).
4) Funduskopi :
a) Reflek
fundus (+)
b) Papil
(sulit dinilai)
c) AV
(sulit dinilai)
d) Retina,
macula lutea (sulit dinilai)
A. Penurunan
visus
Os memiliki visus 1/300
yang menunjukan adanya penurunan visus pada pasien, karena kornea adalah suatu
media refraksi, berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas
cahaya.
B. Injeksi
sillier dan injeksi konjungtiva
Pada konjungtiva
terdapat injeksi siliar dan injeksi konjungtiva, kornea adalah jaringan
avascular, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang dan baru akan
terjadi pada 48 jam kemudian, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak
vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat
dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul
dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus. Dan tampak sebagai
injeksi. (Vaughan 2016)
C. Infiltrate
pada kornea
Sesudah terajadinya
dilatasi pembuluh darah, maka akan terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya
infiltrate yang timbul seperti bercak putih keruh, dengan batas tidak jelas,
kemudian akan timbul kerusakan epitel dan dapat menyebabkan timbulnya ulkus
kornea, yaitu diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya
kolagense yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. (Patel.2012)
IV.
Diagnosis
banding
a.
Endhoftalmitis
Dengan diagnosis
banding adalah endoftalmitis, sebab ditemukannya hipopion yang merupakan
lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di bilik mata depan. Namun ditemukan
adanya hipopion tidak selalu merupakan tanda endoftalmitis, seperti pada ulkus
kornea akibat jamur juga sering ditemukan adanya hipopion.
b.
Ulkus
kornea bacterial
Terlihat sebagai bentuk
ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu
jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen.
Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.
Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di
daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang
tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih
pasti bila ditemukan dakriosistitis.
V.
Usulan
pemeriksaan
a. Lakukan
pemeriksaan dengan meneteskan anestesi local. Pemulasan fluorescein dapat
memperjelas lesi epitel superfisisal yang tidak mungin tidak terlihat bila
tidak dipulas.
b. Pemakaian
biomikroskop (slit lamp) penting untuk pemeriksaan kornea dengan benar,
perhatikan perjalanan pantulan cahaya saat menggerakan cahaya di atas kornea.
Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel.
c. Kultur
adalah cara mengidentifikasi organisme kausatif dan satu-satuny cara untuk
menentukan kepekaan terhadap antibiotic.
d. Pemeriksaan
mikroskopis untuk indentifikasi hifa pada kerokan kornea.
e. Pewarnaan
gram kornea untuk mendapatkan sampel dari daerah yang terinfeksi pada kornea.
VI.
Diagnosis
kerja
Ulkus
kornea mycotic
VII.Penatalaksanaan
Pasien ini dianjurkan untuk terapi obat anti jamur Natamycin 1 gtt/jam. Pasien juga mendapatkan antibiotik
sistemik golongan quinolon yaitu
Ciprofloxacin tablet sebanyak 2x750mg, dan juga diberikan obat antibiotik tetes
golongan fluroquinolone Gatifloxacin 1gtt/jam. Selain itu juga diberikan obat
sikloplegik Tropin 3x1 tetes pada okulus sinistra. Penanganan
yang dilakukan kepada pasien saat ini adalah untuk meminimalisis penyebab ulkus
kornea agar tidak bertambah parah.
Pemberian
obat antibiotik lainnya pada pasien ini adalah Ciprofloxacin dan Gatifloxacin.
Ciprofloxacin digunakan untuk berbagai infeksi bakteri, dalam golongan quinolon dan
bekerja untuk menghentikan pertumbuhan bakteri.8 Sedangkan
Gatifloxacin merupakan golongan Fluroquinolone generasi keempat yang memiliki
aktivitas antibakteri yang luas terhadap mikroorganisme gram negatif maupun
mikroorganisme gram positif dengan jalan menghambat proses replikasi,
transkripsi dan pembentukan DNA bakteri. Pemberian anti jamur seperti Natamycin
yang termasuk kelompok polyene merupakan spectrum luas terhadap organisme
filamentosa. Natamycin berdaya anti fungi dengan mengikat pada dinding sel fungi
dan mengganggu permeabilitas membran jamur sehingga terjadi ketidak seimbangan
intraseluler. Polyene dengan molekul kecil seperti Natamycin menyebabkan lisis permanen
pada membrane.9,10 Natamycin merupakan pilihan terapi awal bagi
kebanyakan ulkus kornea mikotik.1 Dan pemberian obat sikloplegik
Sulfas Atropin 1% pada penderita berguna untuk efek sikloplegik atau melemahkan
otot siliaris pasien yang bekerja terlalu keras sehingga mengakibatkan nyeri.
VIII.
Prognosis
Prognosis
ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan, cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang
timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular.11 Semakin tinggi tingkat
keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka
prognosisnya menjadi lebih buruk.5
|
|
bakteri
|
|
Virus
|
Jamur
|
Etiologi
|
Streptokokus,
|
stafilokokus,
|
Pseudomonas
|
Viral
Herpes
simpleks
|
Candida,
fusarium, aspegillus
|
Faktor
resiko
|
-Penggunaan lensa kontak
-Trauma
-Petani, buruh tambang
-Imunosupresi
|
|
|
|
-Ruda paksa
-Antibiotik
-Kortikosteroid
|
Waktu
|
24-48
jam
|
|
|
|
5
hari - 3 mgg pasien merasa sakit hebat pada mata dan silau
|
Tanda
|
Ulkus
kelabu dengan batas tegas yang cenderung menyebar dengan batas tak teratur,
bulat/lonjong, batas
yang bergerak maju menampakan ulserasi dan infiltrasi aktif , hipopion
|
Ulkus
yang berwarna putih kekuningan, disertai infiltrat berbatas tegas,
tepat dibawah defek epitel,, bila tidak diobati dg adekuat,akan terjadi abses
kornea, yg disertai oedem stroma, dan infiltrasi sel lekosit, hipopion sering
indolen
|
Infiltrat
kelabu atau kuning , biasanya sangat nyeri, cepat menyebar ke segala arah, dapat
mengenai seluruh kornea dengan cepat, seringkali terdapat hipopion besar,
infiltrat dan eksudat mungkin berwarna hijau kebiruan
|
Ulkus
dendritik,
memiliki pola percabangan linear khas dengan tepian kabur, dan memiliki
bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya, fotofobia, dan bearir mata, hipestesi
pada kornea
|
Ulkus
jamur indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, lesi-lesi satelit
(umumnya menginfiltrasi tempat-tempat yg jauh dari daerah ulserasi utama,
abses kornea sering dijumpai
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Biswell R, MD. Kornea.
Dalam: Eva PR, Witcher JP. Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2009.
Hal 125-38.
2.
Wijana
N, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan Kelima, 1990
3.
Ilyas S, Tukak (ulkus)
kornea, dalam ilmu penyakit mata edisi ke-3 ; Jakarta ; FKUI ; 2004 ; 159-61
4.
Ilyas HS. Tajam
Penglihatan dan Kelainan Refraksi. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta:
FKUI; 2007. hal. 1-18
5.
Vaselinovic D,
Vaselinovic A. Endoftalmitis. Acta Medica Medianae. 2009;48:56.
6.
Ahn M. Clinical
aspects and prognosis of mixed bacterial microbal (bacterial and fungal)
keratitis. 2011. Jeonju Korea.
7.
Lumban FFG. Ulserasi
Kornea dan Hipopion. Journal of Medical Professional Lampung. 2015
8.
Vaughan A dan Riordan E
2016. Ofthalmologi Umum. Ed 17
.Cetakan 1. Widya Medika, Jakarta.
9.
Whitcher J P and Eva P
R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P
R, Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill,
2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar