Genus
Leptospira yang termasuk dalam family
Trepanometaceae dan ordo Spirochaeta adalah bakteri yang
berbentuk seperti benang dengan panjang 6-12
µm. spesies L. interrogans merupakan
spesies yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Saat ini terdapat sedikitnya
180 serotipe dan 18 serogroup yang sudah teridentifikasi dan hampir setengahnya
terdapat di Indonesia. Lingkungan yang sesuai untuk hidup Leptospira adalah tanah panas dan lembab seperti kondisi daerah
tropis. Bakteri ini dapat hidup sampai 43 hari pada tanah yang sesuai dan
sampai beberapa minggu dalam air terutama air tawar. Urin seekor sapi
terinfeksi dapat mengandung 100 juta Leptospira/mm.
(Widoyono. 2011)
Patomekanisme
:
Leptospirosis
merupakan salah satu penyakit spiroketa pada manusia yang diketahui; penyakit
lainnya dalam kelompok ini adalah sifilis, pinta, patek, bejel, demam berulang,
penyakit Lyme dan demam akibat gigitan tikus. Spiroketemia berkembang segera
setelah masuknya leptospira melalui kulit atau selaput lendir, dengan perluasan
cepat keseluruh jaringan dan cairan tubuh. Sesuai dengan respons imun (baik
humoral maupun selular). Spirokemia dapat berkembang semakin lanjut atau banyak
berkurang; namun demikian, organisme dapat menetap dibagian tubuh dengan
kekebalan terbatas. Pada leptospirosis, menetapnya kuman dalam ginjal dan
penyimpanan kuman dalam urin penting dalam epidemiologi. Manifestasi lanjut,
seperti meningitis aseptik dan iridosiklitis, diperkirakan diperantarai secara
imunopatologis.
Dinding sel L. interrogans berisi lipopolisakarida
(endotoksin). Pada awal pemberian terapi antimikroba pada leptospirosis, dapat
terjadi reaksi menyerupai Jarisch-Herxheimer (J-HR) yang serupa dengan yang
terjadi pada penyakit spiroketa. Diperkirakan reaksi Jarisch-Herxheimer
disebabkan oleh pelepasan endotoksin. (Isselbacher. 2000)
Gejala :
1. Fase
pertama (leptospiremia)
Fase ini ditandai dengan demam tinggi
mendadak, malaise, nyeri otot, ikterus, sakit kepala, dan nyeri perut yang
disebabkan oleh gangguan hati, ginjal dan meningitis (merupakan salah satu
penjelasan mengapa penyakit ini sering misdiagnosis dengan meningitis dan
ensefalitis). Fase ini berlangsung selama 4-9 hari.
2. Fase
kedua (imun)
Titer antibodi IgM mulai terbentuk dan
meningkat dengan cepat. Gangguan klinis akan memuncak. Dapat terjadi leptopiura
(leptospira dalam urin) selama satu minggu smapai satu bulan. Fase ini
berlangsung selama 4-30 hari.
3. Fase
ketiga (konvalesen)
Fase ini ditandai dengan gejala klinis
yang sudah berkurang dapat timbul kembali dan berlangsung selama 2-4 minggu.
(Widoyono. 2011)
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan serologi
2. Isolasi bakteri
(Widoyono. 2011)
Penatalaksanaan:
Leptospira
adalah penyakit self-limited. Secara umum prognosisnya adalah baik. Antibiotik
yang dapat diberikan antara lain:
1. Penyakit
sedang atau berat: penisilin 4x1,5 IU atau amoksisilin 4x1 gr selama 7 hari.
2. Penyakit
ringan: ampisilin 4x500 mg, amoksisilin 4x500 mg atau eritromisin 4x500 mg.
(Widoyono. 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan, dan Pemberantasannya Edisi ke-2. Erlangga, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar