Sabtu, 03 Juni 2017

LEPTOSPIROSIS



Genus Leptospira yang termasuk dalam family Trepanometaceae dan ordo Spirochaeta adalah bakteri yang berbentuk seperti benang dengan panjang 6-12 µm. spesies L. interrogans merupakan spesies yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Saat ini terdapat sedikitnya 180 serotipe dan 18 serogroup yang sudah teridentifikasi dan hampir setengahnya terdapat di Indonesia. Lingkungan yang sesuai untuk hidup Leptospira adalah tanah panas dan lembab seperti kondisi daerah tropis. Bakteri ini dapat hidup sampai 43 hari pada tanah yang sesuai dan sampai beberapa minggu dalam air terutama air tawar. Urin seekor sapi terinfeksi dapat mengandung 100 juta Leptospira/mm. (Widoyono. 2011)
Patomekanisme :
Leptospirosis merupakan salah satu penyakit spiroketa pada manusia yang diketahui; penyakit lainnya dalam kelompok ini adalah sifilis, pinta, patek, bejel, demam berulang, penyakit Lyme dan demam akibat gigitan tikus. Spiroketemia berkembang segera setelah masuknya leptospira melalui kulit atau selaput lendir, dengan perluasan cepat keseluruh jaringan dan cairan tubuh. Sesuai dengan respons imun (baik humoral maupun selular). Spirokemia dapat berkembang semakin lanjut atau banyak berkurang; namun demikian, organisme dapat menetap dibagian tubuh dengan kekebalan terbatas. Pada leptospirosis, menetapnya kuman dalam ginjal dan penyimpanan kuman dalam urin penting dalam epidemiologi. Manifestasi lanjut, seperti meningitis aseptik dan iridosiklitis, diperkirakan diperantarai secara imunopatologis.
Dinding sel L. interrogans berisi lipopolisakarida (endotoksin). Pada awal pemberian terapi antimikroba pada leptospirosis, dapat terjadi reaksi menyerupai Jarisch-Herxheimer (J-HR) yang serupa dengan yang terjadi pada penyakit spiroketa. Diperkirakan reaksi Jarisch-Herxheimer disebabkan oleh pelepasan endotoksin. (Isselbacher. 2000)
Gejala :
1.      Fase pertama (leptospiremia)
Fase ini ditandai dengan demam tinggi mendadak, malaise, nyeri otot, ikterus, sakit kepala, dan nyeri perut yang disebabkan oleh gangguan hati, ginjal dan meningitis (merupakan salah satu penjelasan mengapa penyakit ini sering misdiagnosis dengan meningitis dan ensefalitis). Fase ini berlangsung selama 4-9 hari.
2.      Fase kedua (imun)
Titer antibodi IgM mulai terbentuk dan meningkat dengan cepat. Gangguan klinis akan memuncak. Dapat terjadi leptopiura (leptospira dalam urin) selama satu minggu smapai satu bulan. Fase ini berlangsung selama 4-30 hari.
3.      Fase ketiga (konvalesen)
Fase ini ditandai dengan gejala klinis yang sudah berkurang dapat timbul kembali dan berlangsung selama 2-4 minggu.
(Widoyono. 2011)
            Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan serologi
2. Isolasi bakteri
(Widoyono. 2011)
            Penatalaksanaan:
Leptospira adalah penyakit self-limited. Secara umum prognosisnya adalah baik. Antibiotik yang dapat diberikan antara lain:
1.      Penyakit sedang atau berat: penisilin 4x1,5 IU atau amoksisilin 4x1 gr selama 7 hari.
2.      Penyakit ringan: ampisilin 4x500 mg, amoksisilin 4x500 mg atau eritromisin 4x500 mg.
(Widoyono. 2011)




DAFTAR PUSTAKA
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya Edisi ke-2. Erlangga, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar